Monday, November 1, 2010 | By: Gesty Zenerra

DIBALIK KATA SEDERHANA

Welcome to November!!
I hope, everythings better. Yeah..
It’s humanity, right?

taken from: www.squidoo.com

“Memberi adalah menerima lebih banyak.”
“Tolonglah orang lain, maka Tuhan akan menolongmu.”

Banyak hal terjadi baru-baru ini. Dari kritikan untuk pemerintahan Indonesia, bencana bertubi-tubi; tsunami Mentawai, gunung meletus di Merapi, dan yang paling baru adalah ujian mid semester-kuJ. Semoga gejolak yang terjadi di negeri ini segera berakhir. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu, Indonesia.

Today, i wanna share about sociality life. Apakah kita benar- benar makhluk sosial? Nyatanya, porsi untuk kepentingan diri semakin besar. Lihat saja, sebagian anggota DPR sibuk memikirkan partainya, sampai-sampai lupa bahwa dia adalah wakil rakyat. Bahkan, untuk suatu hal yang sederhana pun, kita terlalu memikirkan diri. Misalkan saja, kamu hanya memiliki uang seribu, dan adikmu minta dibelikan es krim seharga seribu rupiah. Apakah kamu akan berkata “Biar minta sama ibu, ah.” Atau, “Tak belikan es krim yang harganya seratus rupiah.” Dan ada pula yang,”Oke.” Dan manakah kamu? Setidaknya, belikan dia es krim. Syukur-syukur dibelikan yang seribu rupiah. Karena rejeki kita tidak akan berkurang dengan memberi. Percaya. Tuhan itu Maha Kaya, maka jangan takut miskin selama Dia ada.

Namun, untuk beberapa hal, sedikit menolong akan meringankan beban orang lain. Taruhlah uang seribu rupiah (contohnya kurang kreatif nih..) yang kamu pikir tidak berarti. Dengan uang seribu kamu membeli sepuluh biji permen, dan kamu bagikan pada sepuluh orang temanmu. Dengan seribu rupiah, kamu dapat membuat 10 orang tersenyum, bahagia dan menganggapmu baik (dan memang kamu baik). Sederhana bukan?

Dan hal sederhana lain, namun sebuah penolakan sederhana, membekas sepanjang hidup. Dengan perumpamaan sepuluh butir permen, kita bayangkan disana ada dua belas orang, termasuk kamu. Dan orang kesebelas, tak mendapatkan permen. Sederhana, namun jika jadi orang kesebelas tersebut, pasti ada sakit hati, yang mungkin saja dibawa mati. Itulah, kira- kira yang terjadi pada saya. Pantaskah saya merasa sedikit sakit hati?

0 comments:

Post a Comment